Saidina Hussein telah mengahwini puteri Raja Parsi yang bernama Shah Zinan binti Yazdagrid.
Perkahwinan ini melahirkan seorang putera bernama, Ali Zainal Abidin.
Ali Zainal Abidin merupakan moyang bagi semua keturunan Al-Hussein di dunia ini.
Di Kepulauan Jawa, cucu-cicit dari salah satu Wali Songo yang bernama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), tidak lagi memakai predikat Sayyid.
Tetapi diganti dengan Raden. Namun tidak semua ‘Raden’ itu dari keturunanan Ahlul bait,kerana gelaran ‘Raden’ ini telah wujud semasa pemerintahan kerajaan hindu di Indonesia,lebih awal sebelum kedatangan Islam. Ada juga yang menghapuskan terus predikat ini apabila sistem pemerintahan beraja dihapuskan selepas kedatangan Belanda. Mungkin sebagai satu taktik untuk mengelakkan dikesan oleh Belanda yang terkenal dengan sikap rakus dan kejam!
Dalam pelajaran sejarah Indonesia, sering kita dengar bahwa salah satu kelompok yang banyak mendakwahkan Islam di Nusantara adalah wali songo. Namun jarang kita dengar bahwa sebagian walisongo itu adalah keturunan ahlul bait.
Berikut ini beberapa orang walisongo yang termasuk dalam ahlul bait.
Maulana Malik Ibrahim
Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel
Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang)
Maulana Syarifuddin Hasyim (Sunan Drajat)
Raden Paku (Sunan Giri)
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Sebagai contoh, silsilah dari Maulana Malik Ibrahim adalah sebagai berikut:
Maulana Malik Ibrahim ibnu Barokat Zainul-Alam ibni Jamaluddin Al-Hussein (Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibnui Abdullah ibnu Abdul Malik ibnu Alawi Amal Al Faqih ibni Muhammad Shahib Mirbath ibni Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Ubaidillah ibni Ahmad Muhajirulah ibnu Isa Al Rumi ibni Muhammad Naqib ibnu Ali al Uraidhi ibni Jaafar Sadiq ibni Muhammad Al Baqir ibni ALi Zainal Abidin ibni Al Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah SAW
Selain sebagai walisongo yang menyebarkan agama Islam, peranan ahlul bait adalah di pemerintahan kesultanan.
Berikut ini adalah kesultanan Islam Indonesia yang pernah berada di tangan ahlul-bait Rasulullah SAW:
- Kesultanan Aceh
- Kesultanan Deli
- kesultanan Palembang
- Kesultanan Bintoro Demak
- Kesultanan Cirebon
- Kesultanan Banten
- Kesultanan Pontianak
- Kesultanan Ternate
- Sunan Pakubuwono di Surakarta
Peranan ahlul bait di kesultanan Filipina:
- Kesultanan Sulu (sekarang di Filipina)
- Kesultanan Mindanao/Maguindanao
- Peranan ahlul bait di kesultanan Melayu:
- Kesultanan Brunei
- Raja-raja Perlis (semenanjung Malaysia)
- Raja Kelantan, Patani dan Champa
- Negeri Sembilan
- Kesultanan Johor-Pahang
- Kesultanan Terengganu
- Raja-raja Riau
- Kesultanan Selangor
- Kesultanan Perak
- Kesultanan Kedah
Kalau kita perhatikan, sebenarnya banyak ahlul bait yang ada di nusantara, baik sebagai ulama seperti walisongo, sebagai penguasa kesultanan, maupun sebagai orang biasa.
Banyaknya keturunan Rasulullah SAW di daerah nusantara ini sejalan dengan hadis berikut:
“Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalanku kelak sehingga datangnya suatu kaum dari sebelah timur yang membawa bersama mereka panji-panji hitam ….“.
Dari hadis ini, ada kesempatan bagi kawasan Melayu ini sebagai awal kebangkitan Islam kedua, di tengah keadaan dunia yang sudah sangat rusak hari ini. Adanya ahlul bait yang berperan di nusantara nampaknya bukanlah sesuatu yang kebetulan.
Perkembangan Ahlul Bait di nusantara
Walaupun sebagian besar keturunan Ahlul Bait yang ada di Nusantara termasuk Indonesia adalah dari Keturunan Husain bin Ali namun terdapat juga yang merupakan Keturunan dari Hasan bin Ali,
bahkan Keturunan Hasan bin Ali yang ada di Nusantara ini sempat memegang pemerintahan secara turun temurun di beberapa Kesultanan di Nusantara ini, yaitu Kesultanan Brunei, Kesultanan Sambas dan Kesultanan Sulu sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah / Prasasti dan beberapa Makam dan juga Manuskrip yang tersebar di Brunei, Sambas (Kalimantan Barat) dan Sulu (Selatan Filipina), yaitu melalui jalur Sultan Syarif Ali (Sultan Brunei ke-3) yang merupakan keturunan dari Syarif Abu Nu'may Al Awwal.
Sementara dari keturunan Husain bin Ali memegang kesultan di Jawa bagian barat, yang berasal dari Syarif Hidayatulah, yaitu Kesultanan Cirebon (yang kemudian pecah menjadi tiga kerajaan, Kesultanan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan) dan Kesultanan Banten. Sebagai kerurunan Syarif Hidayatulah keturunan merekapun berhak menyandang gelar Syarif/Syarifah, namun dari keturunan Syarif Hidayatullah gelar tersebut akhirnya dilokalisasi menjadi Pangeran, Tubagus/Ratu (Banten) dan Raden (Sukabumi, Bogor).
Perlu di ingatkan,jangan terkeliru dengan gelaran PANGERAN atau RADEN yang lebih awal wujud di gunakan oleh raja-raja & keturunan ketika zaman pemerintahan kerajaan hindu di Indonesia,(sebelum kedatangan ahlul bait).
Mohon di perbetulkan jika terdapat kesilapan dalam tulisan mahupun penyampaian.
WALLAHUALAM