15 June 2015

Pengalaman Blogger di Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo


Keraton Kasunanan merupakan salah satu identitas kota Solo. Dari keraton ini lah berbagai macam kegiatan budaya di Solo berasal.
Keraton Solo selain digunakan sebagai tempat tinggal Sunan alias raja juga dibuka untuk umum sebagai tempat pelancongan dengan waktu kunjungan yang agak terhad yakni mulai pukul 10 pagi hingga pukul 2 siang. Bangunan kompleks yang lazim dikunjungi di keraton ini adalah pelataran keraton yang berpasir serta museum. Keraton Solo juga punya museum yang menyimpan berbagai macam benda sejarah yang berhubungan dengan keraton Solo.


Kota Solo merupakan salah satu destinasi pelancongan di Jawa Tengah yang paling banyak dikunjungi pelancong tempatan mahupun luar negara. Salah satu yang istimewa dari Kota Solo adalah budaya jawa yang masih sangat kental di kalangan masyarakat solo. Sebagai kota yang berada dalam lingkup adat Jawa, Solo dikenal dengan masyarakatnya yang ramah dan sederhana. Hal ini membuat banyak orang luar Solo yang ingin berkunjung ke Solo dan merasakan merasakan keramah Kota Bengawan.

Sebagaimana kota-kota lain, Solo juga terus berkembang mengikuti arus kemodenan dengan pembangunan disana sini. Banyak bangunan-bangunan baru yang membuat kota Solo terlihat lebih moden.

Walau terus diserbu oleh arus kemodenan, Solo tetap punya identitas sebagai kota budaya. Pemerintah kota Solo cukup sering mengadakan event budaya untuk menunjukkan identitas asli kita Solo

Luas geografis kota Solo sendiri sebenarnya tidak terlalu luas. Kota ini hanya punya 5 kecamatan. Objek wisata yang ada di Solo pun tak terlalu banyak. Kebanyakan adalah tempat pelancongan yang bertemakan sejarah Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo adalah salah satu bukti bahawa kebudayaan jawa masih sangat erat. Jika kalian singgah di Kota Solo, rugi bila tak berkunjung ke tempat satu ini. Kalian boleh belajar sejarah dulu di Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo.

Keraton Solo didirikan oleh Sunan Paku Buwono II pada tahun 1744. Di dalam kawasan keraton ini banyak terdapat beberapa bahagian kompleks seperti Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan dan Kemandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Kompleks Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo ini dikelilingi sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar 3 sampai 5 meter dan tebal sekitar 1 meter tanpa anjungan.

Adalah perlu kita ketahui bila saja berkunjung ke Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo, kita wajib mematuhi peraturan disana, misalnya tidak boleh memakai kacamata hitam dan topi, serta tidak boleh memakai celana pendek, sandal, dan jaket. Untuk harga tiket masuk ke dalam keraton sangatlah berpatutan, tiket masuknya sebesar Rp 4 ribu per orang. Dan apabila anda membawa kamera akan dikenakan bayaran tambahan sebesar Rp 2 ribu. Waktu di buka jam 08.30am – 14.00pm setiap hari isnin hingga khamis, pada hari jumaat ditutup. Sedangkan pada hari minggu(Ahad), Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo akan buka mulai jam 08.30am – 13.00pm.

Apabila anda ingin belajar mengenai sejarah, terutama sejarah kerajaan Mataram pada zaman dulu, Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo adalah tempat yang sangat sesuai untuk dikunjungi. Jika kita berkunjung bertepatan dengan bulan maulud atau hari kelahiran Nabi Muhammad, kalian juga dapat menikmati sebuah upacara kerajaan yang dikenal dengan nama Sekaten. Setelah berkunjung ke Keraton Kasunanan Hadiningrat Solo, semoga kalian dapat mengenal lebih dalam tentang kebudayaan jawa.
Saat menyebut kota Surakarta bagi sebagian orang yang tentunya tinggal jauh dari kota ini, terasa asing. Lain halnya saat menyebut kata Solo, orang lebih mengenal nama itu. Sebuah kota di Jawa Tengah yang kehidupan masyarakatnya yang aman damai lagi tenteram tak ada gejolak yang berarti. Kota seluas 44 km2 ini dibatasi dengan Kabupaten Karanganyar dan kabupaten Boyolali disebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan kabupaten Sukoharjo disebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo disebelah selatan. Dilewati sungai Bengawan Solo di sisi timur.

Surakarta

Surakarta adalah nama resmi pemerintah kota. Nama yang tersemat dalam pemerintahan, sekolah, dan semua pelayanan publik pemerintah. Kata Surakarta sendiri berawal dari kehendak Pakubuwono II saat mendirikan karaton yang terletak di desa Sala dengan nama resmi Negeri atau Karaton Surakarta Hadiningrat.

Solo

Solo lebih terdengar akrab, apalagi setelah nama Jokowi, walikota Solo, Gubernur DKI Jaya, yang sekarang Presiden RI sekarang ini, naik daun membuat Solo semakin di kenal. Berbagai even di kota Solo pun lebih memilih menggunakan nama Solo seperti SIPA (Solo International Performing Art), SIEM (Solo International Ethnic Music), dan masih banyak even yang menggunakan nama Solo daripada Surakarta.

Solo dikisahkan adalah sebuah desa. Desa itu bernama desa Sala yang kemudian mengalami perubahan teknik sebutan menjadilah perkataan Solo seperti bila kita menyebut kata soto. Nama Sala berasal dari nama sesepuh desa ini bernama Kyai Gede Sala yang karena jasa-jasanya diabadikan sebagai nama desa yang menjadi cikal bakal berdirinya Karaton Surakarta Hadiningrat.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat terletak di Jl. Mangkubumen Sasono Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta/Solo, sebagai pertanda di depan dan belakang Keraton ada Lapangan atau Alun-alun, hingga sekarang dipakai pertanda pada umumnya pada Kantor Bupati di depannya terdapat juga Alun-alun. 

Inilah simbol dan cikal bakal kota Surakarta. Didirikan pertama kalinya padatahun 1744 oleh Sunan Paku Buwono II, Keraton Surakarta menjadi sebuah tempat yang menyimpan banyak nilai sejarah. Tahukah Anda, di keraton ini terdapat menara yang disebut Panggung Sanggabuwana. Konon, di sinilah Susuhunan bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan.


Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (https://www.flickr.com)


Tatkala mengunjungi tempat pelancongan Solo yang satu ini, Anda wajib mematuhi berbagai peraturan, seperti tidak memakai topi dan kacamata hitam, tidak bercelana pendek, tidak menggunakan sandal dan jaket.

Kita dapat meminjam kain bawahan untuk digunakan selama mengelilingi kawasan keraton jika ternyata kita sedang mengenakan celana pendek saat sampai di sana. Harga tiket masuk keraton adalah sebesar Rp 4 ribu per orang. Jika kita membawa kamera, akan dikenakan tiket tambahan Rp 2 ribu.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Jl. Mangkubumen Sasono Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta
Informasi: (62) 271 641 243, 656 432
Hari/Jam Buka: Senin hingga Kamis,
Jam 09.00 – 14.00 WIB,
Jum’at tutup, Sabtu dan Minggu,
Jam 09.00 – 15.00 WIB


Kota Vastenburg

Benteng Vastenburg (http://wisata.kompasiana.com)

Kota (Benteng) Vastenburg terletak di Jl. Mayor Sumarno, Gladak, Surakarta dan dikelilingi oleh pusat kulakan kain batik khas Solo. Benteng Vastenburg yang dulu digunakan sebagai pusat pengawasan kolonial Belanda untuk mengawasi gerak-gerik Keraton Kasunanan,

Dulu bangunan ini bernama "Grootmoedigheid" dan didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada tahun 1745. Benteng ini dahulu merupakan benteng pertahanan yang berkaitan dengan rumah Gubernur Belanda.

Benteng Vastenburg (http://www.skyscrapercity.com)

Benteng dikelilingi oleh kompleks bangunan lain yang berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal perwira dan asrama perwira. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok batu bata setinggi enam meter dengan konstruksi bearing wall, terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera. Setelah kemerdekaan pernah berfungsi sebagai kawasan militer dan asrama bagi Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya / Kostrad.

Pura (Keraton) Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran (http://www.skyscrapercity.com)

Pura Mangkunegaran terletak di Jl. Ronggowarsito, Banjarsari, Surakarta. Bentuk pura Mangkunegaran ini layaknya keraton, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Bangunan ini terbuat dari kayu jati utuh. Di tempat ini kita bisa melihat berbagai koleksi sejarah seperi peralatan tari, wayang, gamelan dan barang barang bersejarah lainnya.


Beranda Dalem, ruang keluarga Mangkunegaran (http://id.wikipedia.org)

Didirikan oleh Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyowo pada tahun 1757 setelah penandatanganan perundingan Salatiga pada tanggal 13 maret 1757. Selain sebagai simbol pusat budaya Jawa, didalam puro Mangkunegaran juga terdapat Museum penyimpanan benda-benda bersejarah dengan nilai seni tinggi seperti perhiasan untuk menari dari emas murni, topeng dari berbagai daerah dan gamelan. Sejak tahun 1968, Istana atau Puro Mangkunegaran dapat dikunjungi oleh umum baik untuk wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara. Dengan ciri arsitektur yang sama dengan keraton,di dalam Istana Mangkunegaran terdapat pamedan, pendopo, pringgitan, dalem dan kaputran yang seluruhnya dikelilingi tembok-tembok kokoh. Seluruh bangunan dibangun tanpa menggunakan paku. Bangunan ini dibangun dengan tiga bagian utama yang tiap bangiannya merupakan simbol dari tiga tahap utama kehidupan : Kelahiran, Kehidupan dan Kematian.

Pura Mangkugeran
Jl. Ronggowarsito, Banjarsari, Surakarta
Informasi : (62) 271 634 467
Hari/jam buka : tiap hari pukul 09.00 – 14.00 WIB | 
Minggu / Libur 09.00 – 13.00 | 
Jumat tutup

Loji Gandrung

Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo (http://xrose.wordpress.com)


Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 261, Surakarta. Awalnya, Rumah Dinas Walikota Solo ini adalah rumah pribadi seorang pengusaha perkebunan asal Belanda, Johanes Agustinus Dezentje (1797-1839). Ia menikahi seorang wanita pribumi Raden Ayu Cokrokusumo, salah seorang kerabat Raja Susuhunan Paku Buwono IV (Sumber : Rumah Solo – Nina Tanjung).

Nama Lodji Gandrung yang disematkan pada bangunan ini karena awalnya sering digunakan untuk pesta dansa berpasangan diiringi musik layaknya pasangan yang sedang gandrung-gegandrungan (baca : jatuh cinta).


Teras Loji Gandrung dengan Kursi Antik (http://plezierku.wordpress.com)

Pada masa-masa setelah kemerdekaan, bagunan ini digunakan sebagai Markas Militer Brigade V Slamet Riyadi. Tak hanya itu, Lodji yang terletak di jantung Kota Solo ini juga menjadi saksi saat Jendral Gatot Soebroto melakukan perundingan guna menyusun taktik untuk menyerang Belanda yang membonceng NICA pada 1948-1949 untuk merebut kembali daerah kekuasaannya. Untuk mengenang jasa Jenderal Gatot Subroto, tepat di halaman depan Lodjie Gandrung masih terpasang patung Jenderal Gatot Subroto. Satu kamar khusus Lodjie Gandrung diberi nama Kamar Sukarno, untuk mengenang Presiden Sukarno saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Solo pada tahun 1961. Tapi sayang, ruangan ini tak diperbolehkan untuk mengambil gambar.

Sampai saat ini bentuk bangunan utama Loji Gandrung tidak berubah sama sekali, hanya bagian belakangnya saja yang ditambahi joglo. Loji Gandrung juga termasuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi.

Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo
Jl. Slamet Riyadi No. 261, Surakarta

Museum Radyapustaka


Museum Radyapustaka (http://surakarta.go.id)


Museum Radyapustaka terletak di Komplek Taman Sriwedari, Jl. Slamet Riyadi, Surakarta, merupakan museum tertua ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913.


Museum Radyapustaka (http://bisniswisata.co)


Kala itu gedung muzium merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar. Muzium ini terkenal dengan beragam koleksi peninggalan budaya Jawa seperti wayang kulit, wayang golek, keris, arca Hindu dan Budha, buku Jawa kuno sebanyak 2500 yang ditulis oleh Ronggowarsito dan Yosodipuro (seorang pengarang besar dari Jawa). Muzium yang sebelumnya digunakan sebagai pusat studi Jawa ini terletak di taman Sriwedari.

radya pustaka

Mungkin tidak banyak tahu kalau museum Radya Pustaka adalah museum paling tua yang ada di Indonesia. Dengan status itu maka berkunjung ke Radya Pustaka akan menjadi pengalaman yang sangat asik
Museum Radya Pustaka sendiri berada di jalan utama kota Solo, jl. Slamet Riyadi. Museum ini menyimpan berbagai benda-benda sejarah dan juga benda-benda budaya. Selain koleksi arca yang juga sempat heboh beberapa waktu silam, museum Radya Pustaka juga memiliki koleksi lain seperti wayang, gamelan jawa serta ukiran-ukiran khas Jawa.
patung Ronggowarsito di halaman depan Museum Radya Pustaka
patung Ronggowarsito di halaman depan Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka awal mulanya didirikan pada tahun 1890 di nDalem Kepatihan oleh Kanjeng Adipati Sosroningrat IV, namun pada tahun 1913 lokasinya dipindah ke Loji Kadipolo. Bekas kediaman Johannes Busselaar yang terletak di Jalan Slamet Riyadi ini memiliki koleksi bersejarah yang tak terhitung nilai historisnya. Batu bertulis, lingga dan yoni, serta arca dewa-dewi agama Hindu yang berumur ratusan tahun diletakkan di beranda museum. Perabot antik dan puluhan wayang kulit kuno yang tersusun rapi di etalase kaca ikut menghiasi bagian depan museum.

Di tengah bangunan terdapat beberapa kamar berukuran cukup besar yang setiap ruang diisi oleh koleksi keris, porselen, guci dan kristal antik sampai manuscript dari abad 17 hingga 19. Koleksi perpustakaan Radya Pustaka terdiri dari Jawa Carik ( tulis tangan ), Babad Mataram, Kawruh Empu ( buku tentang keris ), hingga buku-buku Belanda seperti De Java – Oorlog Van 1825 – 1830, Pararaton ( Ken Arok ) dan naskah kuno lain yang masih terawat dengan baik.


Di bagian tengah bangunan pengunjung disambut oleh seperangkat gamelan kuno yang jangan ditanya lagi nilainya. Gamelan kuno ini sering diincar oleh banyak kolektor tidak bertanggung jawab. Satu set gamelan lengkap tersebut diletakkan di atas panggung setinggi setengah meter. Jangan lupa juga untuk melihat lebih dekat sosok kepala Kiai Rajamala berukuran besar di sebelah barat. Hiasan ( canthik ) kapal yang terbuat dari pohon jati hutan Donoloyo tersebut sudah ada sejak tahun 1811 zaman pemerintahan Paku Buwono IV. Kiai Rajamala yang berwajah garang warna merah ini masih rutin diberi sesajen, jadi bagi yang memiliki indera khusus diharapkan menutup mata batinnya terlebih dahulu.

Muzium Radyapustaka
Komplek Taman Sriwedari, Jl. Slamet Riyadi, Surakarta
Informasi : (62) 271 712 306
Hari/jam buka : Setiap hari pukul 08.00 – 13.00 WIB | 

Jumaat 08.00 – 11.00 | 
Isnin tutup 

Mudah-mudahan jadi panduan bagi kalian untuk kunjungi kota solo yang penuh bersejarah ini.

# credit kepada bloger-bloger lain yg pernah berkunjung moga Allah balas kebaikan kalian

No comments:

Post a Comment