27 August 2012

Hakikat Jodoh


Hakikat Jodoh


Jodoh ada di tangan-Nya. Kalau Anda tidak mau meminta kepada-Nya maka wajar saja jika jodoh Anda akan selalu di tangan-Nya.

Tapi janganlah meminta jodoh kepada-Nya dengan memaksakan kehendak diri. Seperti "Ya Allah, jika ia jodohku maka mudahkanlah, jika ia bukan jodohku maka jodohkanlah, jika ia sudah berjodoh dengan orang lain maka putuskanlah, lalu jodohkanlah ia denganku"

Apalagi sampai berdo'a agak mengancam "Ya Allah, jika ia jodohku maka terimalah ia di sisiku. Dan jika ia bukan jodohku maka terimalah ia di sisi-Mu. Aku ikhlas ya Allah, mendingan aku atau dia yang mati, daripada aku melihatnya hidup bersama yang lain"

Na'udzubillaahimindzaalik...
Tapi cobalah berdo'a untuk mendapatkan jodoh terbaik dengan do'a yang penuh kesantunan, do'a yang membuat Allah tambah sayang kepadamu.

Contohnya seperti berikut : "Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti, pertemukanlah aku dengan jodoh yang akan membaikkanku, dan jadikanlah aku sebagai jodoh yang pantas bagi orang-orang yang baik"

Atau jika Anda sudah punya target yang jelas, maka bolehlah Anda berdo'a "Ya Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, aku mencintai-Mu, tapi kini cintaku pun melekat pada hamba-Mu yang itu (sebutkan namanya), maafkanlah aku, ampunilah aku, lepaskanlah cintaku darinya agar aku bisa lebih utuh mencintai-Mu. Jika ia jodohku, mudahkanlah aku untuk bersamanya, sehingga aku kembali fokus kepada-Mu. Dan jika ia bukan jodohku, mudahkanlah aku melupakannya, dan kuatkanlah cintaku kepada-Mu. Dan mudahkanlah aku untuk semakin mencintai-Mu". Aamiin

Jodoh itu mengenai keseimbangan, dan bukan sekedar mengenai kecocokan dalam selera saja. Dan keseimbangan itu meliputi "persamaan" dan "perbedaan".

Contoh sederhana, sendal kiri berjodoh dengan sendal kanan.

Persamaannya : sama-sama sendal dengan bahan dasar yang sama dan merek yang sama.

Perbedaannya : bentuknya berbeda, peruntukkannya pun berbeda. Sendal kiri untuk kaki kiri dan sendal kanan untuk kaki kanan.

Ketika sendal kanan melangkah ke depan maka sendal kiri akan menjaga keseimbangan; yakni tetap berada di belakang. Begitupun sebaliknya. Tidak indah kan jika sendal kiri dan kanan berjalan bersamaan. Kayak pocong dong hehe. Tugas memang berbeda, tapi tujuannya tetap sama.

Akan terjadi bencana jika sendal kiri mulai ogah berada di bawah kaki kiri, yakni tatkala ia mulai "cemburu" dengan sendal kanan yang selalu didahulukan dalam bergerak. Akhirnya sendal kiri pun mulai kehilangan jati dirinya, sebab ia lebih memilih memperturutkan hawa nafsunya.

Tidakkah mereka takut jika di Akhirat Allah bertanya : "Hai sendal kiri, engkau sungguh sombong dan kufur nikmat, Aku telah menciptakanmu sebagai sendal kiri, tapi engkau enggan berperan sebagai sendal kiri dan malah sibuk menganggu sendal kanan hingga terjadilah kekacauan karena ulahmu".

Atau bisa saja si sendal kiri sudah menganggap sendal kanan tak lagi becus berfungsi sebagai sendal kanan, dan si sendal kanan pun sudah menganggap sendal kiri tak lagi becus berperan menjadi sendal kiri. Dan mereka pun saling menyalahkan dan mengancam.

Akhirnya sendal kanan dan sendal kiri pun bertukar posisi. Siapa tahu dengan bertukar posisi akan menyelesaikan masalah. Tapi justru dengan pertukaran poisisi itulah yang menambah rusaknya cara "berjalan kaki" di alam semesta ini.

Nah, begitulah kira-kira pengibaratannya antara suami dan istri. Jika para suami mulai mengambil tugas para istri dan para istri mulai mengambil tugas para suami, maka hancurlah rumah tangga di semesta ini. Keluarga yang dibangun tidak akan berjalan seimbang..

So, jika Anda wanita maka belajarlah menjadi wanita yang utuh, dan jika Anda pria maka jadilah pria yang utuh. Jangan sampai rumah tangga (keluarga) hancur karena kita salah mengambil peran, pria seperti wanita dan wanita seperti pria. Inilah pentingnya kita harus paham ilmu berumah tangga.

Hancurnya rumah tangga berefek kepada hancurnya pendidikan anak-anak, hancurnya pendidikan akan membuat hancurnya karakter, hancurnya karakter akan menghancurkan sebuah Negara.

Ingatlah bahwa Negara menjadi kuat dimulai dari keluarga yang seimbang, bukan dari lembaga pendidikan yang disetir oleh kurikulum yang gak jelas. Maka jangan serahkan sepenuhnya anak-anak Anda kepada lembaga pendidikan lalu Anda merasa terbebas karena sudah menukar kewajiban Anda mendidik Anak-anak Anda dengan uang SPP.

Misalkan Anda anggap suami Anda terlalu lemah sebagai pemimpin keluarga, alias suami Anda kurang memiliki ketegasan dalam banyak hal sehingga sering ditipu oleh kliennya...

Maka bantulah suami Anda bersikap tegas dengan cara yang santun. Misalkan melalui nasehat yang Anda berikan kepada anak Anda di hadapannya "anakku yg shalih, ibu yakin kamu bisa sukses, yg penting kamu tegas dan tetap bertawakal kepada Allah, dahulukan kebenaran daripada logikamu. Hilangkan ketakutanmu, Allah bersama orang-orang yang benar"

Gak masalah anak Anda yg kecil itu kurang paham nasehat Anda, yang penting suami Anda paham toh..hehe

Atau, Jika suami Anda belum pandai mencari nafkah maka semampu Anda berikan ia contoh "cara cari duit". Tunjukkan semangat Anda.

Namun demikian, tetaplah Anda tidak boleh meninggalkan peran utama Anda sebagai seorang istri dan ibu. Ini memang tak mudah, teruslah memohon petunjuk-Nya.

Begitu pun sebaliknya, jika Anda seorang suami, lalu menemukan bahwa istri Anda kurang kasih sayang dalam mendidik anak-anak Anda di rumah, dan ternyata istri Anda lebih mementingkan karirnya di kantor atau positioningnya di komplek; sampai mengabaikan karirnya sebagai seorang istri dan ibu yang penuh kasih sayang, maka silakan nasehati istri Anda dengan cara yang penuh kasih sayang.

Nasehat bukanlah untuk memposisikan siapa yang benar atau siapa yang salah, tapi untuk dzikrullah.

Sungguh aneh jika seorang suami menasehati istrinya tentang kasih sayang tapi dilakukannya dengan marah-marah, seperti "istriku, kamu kan makhluk perasaan tapi kok cuek banget sama anak-anak, lihat tuh anak-anak kita kering kasih sayang, mana setiap saya pulang kantor rumah selalu saja berantakan, gosiip sama tetangga mulu sih yang diutamakan... Huh"... Astaghfirullaah...

Sahabatku, banyak orang menginginkan jodoh yang sempurna, yakni sempurna sesuai keinginannya.

Namun sebagian dari mereka membantah hal tersebut :"kami bukan menginginkan jodoh yang sempurna, kami hanya ingin jodoh yang sholih, pengertian, dan setia".

Padahal yang saya pahami bahwa kesempurnaan itu hadir dalam sosok wanita/pria yang sholih/ah, pengertian, dan setia tersebut...

Sebagian yang lain mengatakan "saya tidak cari gadis yang cantik tapi yang cukup"

"Saya teringinkan gadis yang ber-wibawa" ... Wii bawa mobil, wii bawa duit, wii bawa macem-macem hehe...

Sahabatku, Kesempurnaan tidak hadir dalam "penilaian" dengan mata kasar, tapi kesempurnaan hanya lazim didekati dengan taqwa dan contoh yang nyata.

Kesempurnaan adalah sebuah proses, sebuah perjalanan, saling mengimbangi-mengingatkan-melengkapi antara satu dengan lainnya.

Jangan cari jodoh yang sudah sempurna, tapi carilah jodoh yang siap untuk saling menyempurnakan dalam proses yang diredoi-Nya. Dan jangan cari jodoh yang setia kepada Anda, tapi carilah jodoh yang setia kepada Allah, agar Anda turut selamat di dunia dan akhirat.

Jadi hakikat dari perjodohan adalah mencocokkan apa-apa yang tidak cocok dan yang sudah cocok antara dua manusia.

So, jangan sibuk mencari orang baik yang cocok dengan Anda tapi sibuklah belajar menjadi orang yang mudah cocok dengan orang-orang yang baik.

Artinya, terjadinya pernikahan adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Begitupun terjadinya perceraian adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan".

Contoh 1, terjadinya pernikahan :

Persamaannya : sama-sama manusia, sama aqidahnya, sama visinya, sama-sama mau,,,,,

Semoga Bermanfaat.... :)

Wallahu'alam.....

No comments:

Post a Comment