22 February 2016

Gambaran Bidadari-Bidadari Surga Menurut Al-Quranul Karim dan Hadits Rasulullah SAW


Bidadari syurga, makhluk yang telah sangat indah yang telah Allah ciptakan untuk hamba-hambaNya yang soleh, yang berbuat kebaikan, yang layak untuk memasuki syurga. Diceritakan bahawa bidadari-bidadari syurga ini terlalu rindukan suaminya di dunia dan teringin melihat suaminya di dunia, namun tidak diberi izin oleh malaikat penjaga syurga. Suatu hari mereka meminta izin dari Allah untuk menjenguk ke bumi bagi melihat suami mereka dan telah diizinkan. Bidadari-bidadari ini dapat mengenal siapa suami mereka kerana di dada mereka telah tertulis nama suami yang mereka rindui.
Apabila melihat ke bumi, mereka terlihatlah bidadari-bidadari akan isteri bagi suami mereka di dunia tidak taat serta berbuat derhaka kepada suami, lalu bidadari syurga itu berkata, “Janganlah kamu menyakitinya, semoga Allah memerangimu, sesungguhnya dia hanyalah tamu di sisimu, sebentar lagi dia akan datang kepada kami dan meninggalkanmu.” Di dalam Al-Quran dan hadith banyak sekali dijelaskan ataupun digambarkan tentang susuk bidadari yang bertempat di syurga dan bersedia melayani para ahli Jannah.
AL-QURAN
Mahukah supaya aku khabarkan kepada kamu akan yang lebih baik daripada semuanya itu? Iaitu bagi orang-orang yang bertaqwa disediakan di sisi Tuhan mereka beberapa syurga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Disediakan juga pasangan-pasangan/isteri-isteri yang suci bersih, serta (beroleh pula) keredaan dari Allah. (Al-Imran:15)
Al-Qur’an yang mulia sering menyebutkan kenikmatan-kenikmatan yang dijanjikan Allah l kepada orang-orang yang beriman yang akan diperoleh kelak di surga, karena memang surga adalah tempat bersenang-senang dalam keridhaan ar-Rahman. Berbeda halnya dengan dunia sebagai darul ibtila’ wal imtihan, negeri tempat ujian dan cobaan.
Di dalam surga, penghuninya akan beroleh apa saja yang mereka inginkan. Allah l kabarkan dalam kalam-Nya yang agung:
“Di dalam surga itu terdapat segala apa yang diidamkan oleh jiwa dan sedap (dipandang) mata.” (az-Zukhruf: 71)
Al-‘Allamah Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di t menafsirkan ayat di atas dengan ucapannya, “Kalimat (dalam ayat) ini merupakan lafadz yang jami’ (mengumpulkan semuanya). Ia mencakup seluruh kenikmatan dan kegembiraan, penenteram mata, dan penyenang jiwa. Jadi, seluruh yang diinginkan jiwa, baik makanan, minuman, pakaian, maupun pergaulan dengan pasangan hidup, demikian pula hal-hal yang menyenangkan pandangan mata berupa pemandangan yang bagus, pepohonan yang indah, hewan-hewan ternak, dan bangunan-bangunan yang dihiasi, semuanya bisa didapatkan di dalam surga. Semuanya telah tersedia bagi penghuninya dengan cara yang paling sempurna dan paling utama.” (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 769)
Di antara kenikmatan surga adalah beroleh pasangan/istri berupa bidadari surga yang jelita. Al-Qur’anul Karim menggambarkan sifat dan kemolekan mereka dalam banyak ayat, di antaranya:
1. Surat an-Naba ayat 31—33
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan beroleh kesenangan, (yaitu) kebun-kebun, buah anggur, dan kawa’ib atraba (gadis-gadis perawan yang sebaya).” (an-Naba’: 31—33)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan selainnya menafsirkan bahwa kawa’ib adalah nawahid, yakni buah dada bidadari-bidadari tersebut tegak, tidak terkulai jatuh, karena mereka adalah gadis-gadis perawan yang atrab, yaitu sama umurnya/sebaya. (Tafsir Ibni Katsir, 7/241)
2. Surat al-Waqi’ah ayat 35—37
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (wanita surga) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (al-Waqi’ah: 35—37)
Wanita penduduk surga diciptakan Allah l dengan penciptaan yang tidak sama dengan keadaannya ketika di dunia. Mereka diciptakan dengan bentuk dan sifat yang paling sempurna yang tidak dapat binasa. Mereka semuanya, baik bidadari surga maupun wanita penduduk dunia yang menghuni surga, dijadikan Allah l sebagai gadis-gadis yang perawan selamanya dalam seluruh keadaan. Mereka senantiasa mengundang kecintaan suami mereka dengan tutur kata yang baik, bentuk dan penampilan yang indah, kecantikan paras, serta rasa cintanya kepada suami.
Apabila wanita surga ini berbicara, orang yang mendengarnya ingin andai ucapannya tidak pernah berhenti, khususnya ketika wanita surga berdendang dengan suara mereka yang lembut dan merdu menawan hati. Apabila suaminya melihat adab, sifat, dan kemanjaannya, penuhlah hati si suami dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Apabila si wanita surga berpindah dari satu tempat ke tempat lain, penuhlah tempat tersebut dengan wangi yang semerbak dan cahaya. Saat “berhubungan” dengan suaminya, ia melakukan yang terbaik.
Usia mereka, para wanita surga ini, sebaya, 33 tahun, sebagai usia puncak/matang dan akhir usia anak muda.
Allah l menciptakan mereka sebagai perempuan yang selalu gadis lagi sebaya, selalu sepakat satu dengan yang lain, tidak pernah berselisih, saling dekat, ridha dan diridhai, tidak pernah bersedih, tidak pula membuat sedih yang lain. Bahkan, mereka adalah jiwa-jiwa yang bahagia, menyejukkan mata, dan mencemerlangkan pandangan. (Lihat keterangan al-Allamah as-Sa’di t dalam Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 834)
3. Surat ar-Rahman ayat 55—58
“Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Di ranjang-ranjang itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin1. Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (ar-Rahman: 55—58)
Mereka menundukkan pandangan dari melihat selain suami-suami mereka sehingga mereka tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus daripada suami-suami mereka. Demikian yang dinyatakan oleh Ibnu Abbas c dan lainnya.
Diriwayatkan bahwa salah seorang dari mereka berkata kepada suaminya, “Demi Allah! Aku tidak pernah melihat di dalam surga ini sesuatu yang lebih bagus daripada dirimu. Tidak ada di dalam surga ini sesuatu yang lebih kucintai daripada dirimu. Segala puji bagi Allah yang Dia menjadikanmu untukku dan menjadikanku untukmu.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/385)
Bidadari yang menjadi pasangan hamba yang beriman tersebut adalah gadis perawan yang tidak pernah digauli oleh seorang pun sebelum suami-suami mereka dari kalangan manusia dan jin. Mereka diibaratkan permata yakut yang bersih bening dan marjan yang putih karena bidadari surga memang berkulit putih yang bagus lagi bersih. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 385)
4. Surat ar-Rahman ayat 70
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik (akhlaknya) lagi cantik-cantik parasnya.” (ar-Rahman: 70)
Terkumpullah kecantikan lahir dan batin pada bidadari atau wanita surga itu. (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 832)
5. Surat ar-Rahman ayat 72
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dan dipingit di dalam rumah.” (ar-Rahman: 72)
Rumah mereka dari mutiara. Mereka menyiapkan diri untuk suami mereka. Namun, bisa jadi mereka pun keluar berjalan-jalan di kebun-kebun dan taman-taman surga, sebagaimana hal ini biasa dilakukan oleh para putri raja dan yang semisalnya. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 832)
6. Surat ad-Dukhan ayat 51—54
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari-bidadari.” (ad-Dukhan: 51—54)
Wanita yang berparas jelita dengan kecantikan yang luar biasa sempurna, dengan mata-mata mereka yang jeli, lebar, dan berbinar. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 775)
7. Surat ash-Shaffat ayat 48—49
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya (qashiratuth tharf) dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur burung unta yang tersimpan dengan baik.” (ash-Shaffat: 48—49)
Qashiratuth tharf adalah afifat, yakni wanita-wanita yang menjaga kehormatan diri. Mereka tidak memandang lelaki selain suami mereka. Demikian kata Ibnu Abbas, Mujahid, Zaid bin Aslam, Qatadah, as-Suddi, dan selainnya.
Mata mereka bagus, indah, lebar, dan berbinar-binar. Tubuh mereka bersih dan indah dengan kulit yang bagus. Ibnu Abbas c berkata, “Mereka ibarat mutiara yang tersimpan.”
Al-Imam al-Hasan al-Bashri t mengatakan, “Mereka terjaga, tidak pernah disentuh oleh tangan.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/11)
Ini menunjukkan ketampanan lelaki dan kecantikan wanita di surga. Sebagiannya mencintai yang lain dengan cinta yang membuatnya tidak memiliki hasrat kepada yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka seluruhnya menjaga kehormatan diri, tidak ada hasad di dalam surga, tidak ada saling benci dan permusuhan, karena tidak adanya sebab yang bisa memicu ke sana. (Taisir al-Karimir ar-Rahman, hlm. 703)
Demikianlah keadaannya; dan Kami jadikan kawan teman mereka bidadari-bidadari yang putih melepak, lagi luas cantik matanya. (Ad-Dukhan:54)
Dan (mereka dilayani) bidadari-bidadari yang cantik parasnya. (Al-Waqi’ah:22)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan isteri-isteri mereka dengan ciptaan istimewa, serta Kami jadikan mereka sentiasa dara (yang tidak pernah disentuh). (Al-Waqi’ah:35-36)
Dan di sisi mereka pula bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada mereka semata-mata), lagi yang sebaya umurnya. (Sad:52)
Di dalam Syurga-syurga itu terdapat bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada mereka semata-mata), yang tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan jin; maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? Bidadari-bidadari itu (cantik berseri) seperti permata delima dan marjan. (Ar-Rahman:56-58)
Sedang di sisi mereka ada pula bidadari-bidadari yang tidak menumpukan pandangannya melainkan kepada mereka, lagi yang amat indah luas matanya. (As-Saffat:48)
Dalam kedua-dua Syurga itu juga terdapat (bidadari-bidadari) yang baik akhlaknya, lagi cantik parasnya. (Ar-Rahman:70)
Ia itu bidadari-bidadari, yang hanya tinggal tetap di tempat tinggal masing-masing; maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (Bidadari-bidadari itu) tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan tidak juga oleh jin. (Ar-Rahman:72-74)
HADITH
Rasulullah s.a.w bersabda: “Jika salah seorang bidadari menampakkan wajahnya, nescaya akan menerangi antara langit dan bumi.” (H.R. Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hambaKu yang soleh sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh fikiran.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: “Jibril mengatakan kepadaku bahawa ketika orang mukmin masuk syurga, akan disambut oleh bidadari dengan pelukan hangat dan erat. Dengan jari dan telapak tangan manakah akan dibandingkan kelembutan dan keindahannya, kalau lambaiannya akan memadamkan sinar matahari dan bulan?” (H.R. Thabrani)
Rasulullah s.a.w bersabda: “Sekiranya salah seorang bidadari syurga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh penutup kepala salah seorang wanita syurga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: “Jika sehelai saja dari rambut bidadari jatuh ke bumi, nescaya wanginya akan meliputi seluruh timur dan barat.” (H.R. Ath-Thabrani)
Ibnul Qayyim memberikan penjelasannya mengenai hal ini: “Mengenai rambut bidadari ada dua sifat kontradiktif yang membuat kecantikannya semakin nyata dan memikat. Pekatnya hitam rambut terpadu dengan putihnya wajah dan mata yang bersinar cemerlang. Sungguh kontras sekali, namun disitulah letak kecantikannya.” (Kitab Hadzil Arwah:316)
Rasulullah s.a.w bersabda: “Rombongan yang pertama masuk syurga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua isteri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam syurga nanti tidak ada orang bujang.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w bersabda: “Penghuni syurga boleh mencermin melihat wajahnya di pipi bidadari yang mulus itu.” (H.R. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah s.a.w bersabda: “Seandainya bidadari meludah pada tujuh lautan, nescaya air laut akan tawar kerana keindahan dan kemanisan mulutnya, kerana bidadari terbuat dari za’faran.”
Dalam sebuah riwayat oleh Hafidz Abu Bakar Al-Ajri, dari Imran bin Hasyim dan Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w bersabda: “Mahligai-mahligai (istana) di syurga itu tercipta dari Lu’lu, dan pada tiap-tiap mahligai itu ada tujuh puluh kampung dari Yaqut yang merah dan pada tiap-tiap kampung ada tujuh puluh rumah daripada Zamrud yang hijau; dan tiap-tiap rumah ada tujuh puluh tempat tidur; dan tiap-tiap tempat tidur ada tujuh orang perempuan dari bidadari.”
Rasulullah s.a.w bersabda: “Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: “Seorang mukmin di syurga diberi kekuatan untuk menjimak isterinya sekian dan sekian.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ia begitu kuat?” Baginda s.a.w bersabda, “Ia akan diberi kekuatan seratus orang laki-laki.” (H.R. Tirmidzi)
Dari Ummu Salamah r.a, ia berkata: Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Baginda s.a.w menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.” Saya bertanya, “Kerana apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?” Baginda s.a.w menjawab, “Kerana solat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah-lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami redha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya’.” (H.R. Ath-Thabrani)
Riwayat Ibnu Abbas r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya di dalam syurga itu terdapat bidadari-bidadari. Dikatakan kepadanya, namanya ‘Aina’, ia diciptakan dari empat unsur, iaitu misik, kafur, anbar dan za’faran. Semua bidadari-bidadari itu sangat merindukan suami-suami mereka. Andai sekali saja bidadari-bidadari itu meludah di dunia maka tawarlah lautan tersebut lantaran ludahnya. Tertulis pada tengkuknya, ‘Barangsiapa yang suka akan dirinya seperti aku, maka beramal dengan ketaatan kepada Tuhannya’.”
Riwayat Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya ketika Allah menciptakan syurga ‘Adn, Dia memanggil malaikat Jibril, berangkatlah engkau ke syurga ‘Adn dan lihatlah apa yang telah aku ciptakan untuk hamba-hambaKu dan wali-waliKu. Maka berangkatlah Jibril ke syurga ‘Adn dan mengelilingi syurga tersebut. Maka salah seorang bidadari dari penghuni istana-istana syurga yang masih perawan dan matanya bersinar-sinar memuliakannya, lalu bidadari itu tersenyum pada malaikat Jibril, maka menjadi teranglah syurga ‘Adn kerana gigi-giginya. Lalu malaikat Jibril bersujud, ia menyangka cahaya itu berasal dari Nur Tuhan Yang Maha Mulia. Maka bidadari itu memanggil malaikat Jibril, “Wahai makhluk yang dipercayai Allah s.w.t, tahukah engkau untuk siapa aku diciptakan?” ucap bidadari jelita itu. “Tidak,” jawab malaikat Jibril. “Sesungguhnya aku ini diciptakan oleh Allah s.w.t untuk orang yang memilih redha Allah s.w.t daripada menuruti hawa nafsunya,” ungkap bidadari itu.”
Di dalam kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan-Nar karya Imam Abdirrahim bin Ahmad Al-Qadhiy disebutkan: Rasulullah s.a.w bersabda, “Allah s.w.t menciptakan wajah bidadari dari empat warna, iaitu putih, hijau, kuning, dan merah. ALLAH menciptakan tubuhnya dari minyak za’faran, misik, anbar dan kafur. Rambutnya dari sutera yang halus. Mulai dari jari-jari kakinya sampai ke lututnya dari za’faran dan wangian. Dari lutut sampai payudara dari misik. Dari payudara sampai lehernya dari Anbar dan dari leher sampai kepalanya terbuat dari kafur. Seandainya bidadari itu meludah sekali di dunia, maka jadilah semua air di dunia Kasturi. Di dadanya tertulis nama suaminya dan nama-nama Allah s.w.t. Pada setiap tangan dari kedua tangannya terdapat sepuluh gelang dari emas, sedangkan pada jari-jarinya terdapat sepuluh cincin, dan pada kedua kakinya terdapat sepuluh binggal (gelang kaki) dari Jauhar dan permata.”
Ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di syurga. Walau bagaimanapun gambaran itu, manusia tidak akan boleh membayangkan sesuai dengan rupa aslinya, kerana sesuatu yang berada di syurga adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat di dunia ini.

No comments:

Post a Comment